Prof. DR. KH. Husnan Bey Fananie Deklarasi Caketum PPP: Seruan Persatuan Umat dari Jakarta

Jakarta, 18 Agustus 2025 | jakwarta.com – Di tengah sorak dukungan kader dan simpatisan, Prof. DR. KH. Husnan Bey Fananie, MA, berdiri tegak di podium. Dengan suara lantang, ia mendeklarasikan diri maju sebagai Calon Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk periode mendatang.

Bagi Husnan, langkah ini bukan sekadar perebutan kursi pucuk pimpinan partai, melainkan upaya mengembalikan PPP ke jalur perjuangan semula—sebagai rumah besar umat.

“PPP adalah warisan ulama dan umat. Kita punya kewajiban menjaga dan mengembangkannya agar tetap relevan dengan zaman. Saya siap mengabdi demi PPP yang lebih kuat dan bermanfaat bagi bangsa,” tutur Husnan, cucu dari Tri Murti Pendiri Pondok Modern Gontor.

Empat Fokus Perjuangan

Dalam pidatonya, Husnan merinci arah kepemimpinan yang ingin ia bangun:

1. Menghidupkan kembali kejayaan PPP sebagai partai Islam moderat, terbuka, dan berintegritas.
2. Menguatkan soliditas struktur partai dari pusat hingga daerah agar dekat dengan rakyat.
3. Mendorong generasi muda dan perempuan tampil sebagai penggerak utama perubahan.
4. Menawarkan politik santun dan solutif di tengah hiruk pikuk persaingan nasional.

Dukungan Mengalir

Deklarasi yang berlangsung di Jakarta itu dihadiri tokoh senior PPP, simpatisan, hingga perwakilan organisasi masyarakat. Kehadiran mereka menegaskan dukungan moral sekaligus politik bagi Husnan.

Para sesepuh yang hadir mengingatkan kembali sejarah fusi PPP dari Parmusi, NU, PERTI, dan SI. “Partai ini lahir dari semangat persatuan umat. Kita tidak boleh melupakan jati diri itu,” kata seorang tokoh senior.

Menuju Pemilu

Deklarasi ini dianggap banyak pihak sebagai momentum kebangkitan PPP jelang Pemilu mendatang. Tagline “Kembalikan Kejayaan, Satukan Perjuangan” yang diusung Husnan menjadi simbol tekad membangkitkan kembali kejayaan PPP di panggung politik nasional.

PPP, menurut Husnan, harus tampil sebagai partai modern yang mampu menjawab tantangan zaman, tanpa kehilangan akar perjuangan umat. []